Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama, termasuk di dalamnya adalah Pendidikan Agama Katolik.

Pada kurikulum merdeka diharapkan kelas X bahwa peserta didik memahami kemampuan dan keterbatasannya sehingga terpanggil untuk mengembangkan diri, mampu bersikap kritis terhadap media massa dan ideologi yang berkembang dan bertindak sesuai dengan suara hati, serta mensyukuri diri sebagai citra Allah, baik sebagai laki-laki atau perempuan; menanggapi panggilan hidupnya dengan terlibat aktif dalam hidup menggereja (melalui kebiasaan doa, perayaan sakramen); dan mewujudkan imannya dalam hidup bermasyarakat dengan cara menjunjung tinggi martabat manusia (Bayu Setyawan, 2021)

Problem-problem pembelajaran di kelas yang terjadi di SMK Negeri 1 Seyegan, Sleman seperti di mana kemampuan peserta didik belum terlalu dalam menangkap pembelajaran secara optimal. Di samping itu, pola pikir-pola pikir terkait dengan pemecahan masalah yang disajikan dalam pembelajaran maupun dalam soal juga belum dipahami. Hal ini dibuktikan dengan capaian belajar peserta didik yang rata-rata masih berada di bawah KKM ketika mengerjakan soal-soal HOTS. Memang banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti motivasi intrinsik peserta didik sampai pada kegiatan pembelajaran yang kurang bermakna bagi mereka. Oleh karenaitu, dibutuhkan konsep pembelajaran yang mampu mengaktifkan serta meningkatkan proses berpikir kritis mereka sehingga ia dapat menyelesaikan soal-soal HOTS berbasis masalah dan pada gilirannya nanti dapat menyelesaikan problem-problem yang terjadi di masyarakat sekitar.

Model pembelajaran yang dipilih dalam tindakan kelas ini dalam meningkatkan pola berpikir kritis dan meningkatkan ketercapaian hasil belajar peserta didik di SMK Negeri 1 Seyegan adalah pembelajaran berbasis masalah atau yang sering disebut dengan problem based learning. Model pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata untuk membelajarkan peserta didik dalam proses belajar, sehingga mampu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis, serta keterampilan memecahkan  masalah. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar memperoleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks.

Profil pelajar Pancasila dengan elemen kemandirian dalam pendidikan agama Katolik bertujuan untuk membentuk karakter pelajar yang kuat, tangguh, dan berintegritas. Dengan menerapkan nilai-nilai kemandirian dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka diharapkan dapat menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli terhadap sesama, dan memiliki kesadaran spiritual yang mendalam sesuai dengan ajaran agama Katolik.

Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mendukung ketercapaian pembelajaran berorientasi HOTS, yaitu dengan merancang dan mengimplementasikan pembelajaran yang mampu membentuk rasa ingin tahu, perilaku saintifik dan sosial peserta didik. Salah satu rujukan model pembelajaran berorientasi HOTS berdasar Permendikbud No. 22 Tahun 2016 adalah Problem Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Masalah).

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Kedua siklus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar PAK melalui metode Problem Based Learning berbasis IT. Pembagian materi dalam setiap siklus adalah siklus I menggunakan materi Aku Pribadi Yang Unik sedangkan pada siklus II menggunakan materi Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan. Siklus 1 terdiri dari 1 pertemuan dan siklus II juga 1 pertemuan. Model pembelajaran problem based learning di siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2023 dengan materi Aku Pribadi Yang Unik. Siklus 1 tersebut dilaksanakan pada 1 pertemuan sedangkan siklus II dilaksanakan tanggal 2 Agustus 2023 dengan materi Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan . Setelah melaksanakan siklus dibagi 4 (empat) kegiatan yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan dan refleksi maka dapat diperoleh data penilaian afektif dan kognitif dengan aktivitas. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan model Pembelajaran Problem Based Learning. Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Seyegan semester 1 tahuan ajaran 2023/2024 yang berjumlah 5 peserta didik. 3 peserta didik berjenis kelamin laki-laki dan 2 peserta didik perempuan.

Adapun Teknik Pengambilan Data yang dilakukan untuk mengetahui capaian hasil belajar pendidikan agama Katolik dan Budi Pekerti bagi peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Seyegan melalui model pembelajaran problem based learning antara lain

  1. Metode Observasi

Metode observasi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran menggunakan metode PBL. Setelah observasi, peneliti akan memperoleh data berupa angka yang merupakan hasil belajar peserta didik dalam aspek afektif (elemen kemandirian)

  1. Metode Tes

Dalam penelitian ini peneliti menegambil data salah satunya mengguakan metode tes. Soal tes berupa soal pilihan ganda tertulis dengan jumlah 10 soal. Skor setiap butir benar yaitu 1 dan butir jika salah yaitu 0

  1. Metode Analisis Data
  2. Analisis hasil belajar peserta didik
  • Analisis diskriptif data hasil belajar afektif peserta

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui nilai afektif peserta didik pada siklus I dan siklus II. Aspek afektif peserta didik diperoleh dari demensi; Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. Elemen: Mandiri. Sub elemen:

  1. Mengidentifikasi kekuatan dan tantangan – tantangan yang akan dihadapi pada konteks pembelajaran, sosial dan pekerjaan yang akan dipilihnya dimasa depan

 

  1. Melakukan refleksi terhadap umpan balik dari teman, guru dan orang dewasa lainnya, serta informasi-informasi karir yang akan dipilihnya untuk menganalisis karakteristik dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam menunjang atau menghambat karirnya dimasa

Berdasarkan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning berbasis IT dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Katolik dan Budi Pekerti bagi peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Seyegan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. Model Problem Based Learning berbasis IT pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bagi peserta didik kelas X terbukti dapat meningkatkan dimensi kemandirian terhadap hasil belajar. Terlihat pada siklus 1 diperoleh data hanya 74 % meningkat menjadi pada siklus 2 sebesar 85 %.
  2. Model Problem Based Learning berbasis IT terbukti meningkatkan hasil belajar peserta Terlihat pada siklus I masih ada 3 orang yang termasuk kategori cakap sehingga masih perlu untuk remedial di siklus pertama, dan meningkat pada siklus II dapat dilihat rata-rata nilai sumatif peserta didik sudah memiliki kategori layak dan mahir dengan rincian layak sebanyak 3 peserta didik dan mahir sebanyak 2 peserta didik

 

Metode pembelajaran problem based learning berbasis IT merupakan salah satu teknik yang mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema manusia makluk pribadi.

Daftar Pustaka

Bayu Setyawan. (2021) Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Katolik. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Gamal Tabroni. (2021). Problem Based Learning.Diunduh tanggal 12 Juli 2023 dari https://serupa.id/problem-based-learning/

Jurnal Hartini. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2022) 8 Garuda – Garba Rujukan Digital (kemdikbud.go.id) diakses tanggal 12 Juli 2023

 

Ditulis oleh:

Oktivia Astuti, S.Pd.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *